Sunday, 8 June 2014

Potensi Wisata di Kawasan Ekosistem Leuser Aceh

Wisata Berbasis Ekologis (Ekowisata)

Beberapa Lokasi Obyek Wisata Potensial di TNGL
Beberapa Lokasi Obyek Wisata Potensial di TNGL
Terdapat 8 lokasi potensial untuk pengembangan ekowisata di kawasan TNGL. Lokasi-lokasi tersebut (Gambar 7) adalah Kruengkila, Kedah, Marpunge, Lawe Gurah, Tangkahan, Rantau Sialang, Danau Laut Bangko, dan Bukit Lawang. Selain ke-8 lokasi tersebut, masih didapati 4 lokasi sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang juga memiliki potensi pengembangan, yaitu:

Muara Situlen, Marike, Sei Glugur, dan Sei Lepan. Salah satu obyek wisata yang menjadi primadona adalah Bukit Lawang dengan icon orangutan dan ”tracking in the jungle”. Kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara mengalir ke lokasi tersebut.

Disamping Bukit Lawang, terdapat lokasi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu Tangkahan. Tangkahan merupakan potret Bukit Lawang di awal 1970-an. Pengembangan ekowisata Tangkahan merupakan anomali, karena tidak dimulai dengan latar belakang sekedar pengembangan ekowisata. Tetapi juga untuk mengembangkan upaya-upaya perlindungan kawasan taman nasional, sebagai aset ekowisata.

Inisiatif Tangkahan dimulai pada akhir tahun 1999 dengan fokus desa sebagai basis pengamanan kawasan TNGL, sehingga baru pada 22 April 2001 dibentuk Tangkahan Simalem Ranger, dan dilanjutkan dengan dikukuhkannya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) pada 19 Mei 2001. MoU pertama antara Balai TNGL dengan LPT ditandatangani pada 22 April 2002. Pengembangan ekowisata ditingkatkan lagi setelah Indecon mendampingi proses mulai September 2002. Pola pengamanan TNGL ditingkatkan dengan dibentuknya Conservation Response Unit (CRU) bekerjasama dengan FFI pada Januari 2003. Dengan demikian pengembangan ekowisata merupakan langkah baru dan berbeda dengan latar belakang pengembangan wisata di Bukit Lawang. Setiap turis mancanegara yang pulang dari Tangkahan selalu berpesan ingin melihat Tangkahan seperti kondisi saat ini (komunikasi pribadi dengan Wak Yun, salah seorang pegiat pengembangan ekowisata Tangkahan). Mereka tidak menhendaki mass-tourism terjadi di Tangkahan. Akhirnya para 24 September 2004, inisiatif Tangkahan mendapatkan penghargaan “Inovasi Kepariwisataan Indonesia“ oleh Menbudpar R.I, I Gede Ardika.

Saat ini sedang diujicoba, Safari gajah yang menembus Tangkahan – Bukit Lawang, dengan waktu 4 hari 3 malam. Inisiatif YEL dan FFI ini masih perlu dikaji potensi pengembangannya dan sekaligus dampaknya, khususnya pada jalur-jalur trekking yang dilaluinya. Namun demikian, hal ini merupakan terobosan yang penting untuk memecah kebekuan paket-paket wisata alam yang selama ini sudah dikembangkan di Bukit Lawang dan Tangkahan.

Beberapa lokasi potensial lainnya terdapat di Provinsi Aceh. Pengembangan ekowisata di provinsi ini menjadi peluang pangsa pasar di masa yang akan datang. Misalnya, Sungai Alas dengan event rafting, pendakian puncak-puncak gunungnya seperti di puncak Leuser dan puncak Bendahara, pembukaan kembali Gurah, wisata pantai dan pengamatan penyu di Singgamata, penelusuran Danau Bangko, pengamatan burung di Agusan, trekking Rafflesia di Ketambe, dan lain sebagainya. Pengembangan wisata alam di wilayah Aceh merupakan peluang besar, terlebih dengan memadukan kearifan lokal berbasiskan nilai-nilai budaya dan agama menjadi faktor penentu keberhasilan pengembangan wisata alam di Aceh.

Sumber : http://gunungleuser.or.id/tentang-kami/tentang-tngl/nilai-eksistensi-dan-potensi/

No comments:

Post a Comment